Menyikapi Kematian

mipuside
3 min readJul 17, 2021

--

Beri tahu aku, apa pelipur hati terbaik yang bisa dilakukan dalam menghadapi kabar kehilangan yang selamanya?

Per hari ini, sudah ada 3 keluarga/kerabat dari rekan sesama organisasiku yang lebih dulu berpulang, dimana dua diantaranya dijemput hari ini.

Dengan kondisi seperti ini, aku hanya bisa mengirim doa terbaik untuk Almarhum dan berusaha menghibur dengan memberikan support untuk rekanku. Tapi, sampai detik ini pertanyaan-pertanyaan lain selalu muncul dipikiranku setelahnya.

Apakah support seperti itu sudah cukup? Apakah itu yang benar-benar dibutuhkan oleh rekanku? Apakah dengan ada di sisinya, sudah mampu mengobati sakit akan perpisahan selamanya yang ia rasakan itu?

Aku termenung. Apa sebenarnya pelipur hati paling ampuh untuk menyembuhkan rasa kehilangan akan orang-orang tersayang?

Ah iya, aku jadi teringat cerita tentang ‘Ām al-Ḥuzn atau Tahun Kesedihan yang dialami oleh Rasulullah. Bagaimana sakit dan perih hati beliau, ketika di tahun yang sama Allah uji dengan pulangnya istri dan paman yang sangat beliau cintai. Bagaimana tahun itu menjadi saksi, akan rasa sedih yang dirasa manusia paling sempurna — kekasih Allah itu.

Namun, beliau tetap senantiasa mendekat kepada Allah, tetap menyebarkan risalah dan kebaikan untuk semesta alam, maka setelahnya Allah hadirkan hikmah kebaikan satu per satu. Maka setelahnya pula, Allah hibur beliau dengan diadakannya perjalanan Isra Mi’raj.

Aku pun juga langsung teringat; terlintas begitu saja sesaat kisah ini diputar dalam kepalaku. Ada beberapa ayat dalam Al Quran yang memberitahu kenapa Allah tega memberikan rasa perpisahan dan kehilangan, antara orangtua dengan anak, suami dengan istri, keponakan dengan pamannya, kakak dengan adiknya.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah : 286)

Kemudian ayat lainnya muncul seolah melanjutkan,

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut : 2)

Belum sampai di situ, ayat lainnya hadir kembali dalam kepalaku. Yang membuatku terenyuh seketika.

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya lah kami kembali).

Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah : 155–157)

Allahu Rabbana… tak sanggup rasanya bila harus membayangkan aku diposisi mereka. Tapi sayangnya, perpisahan selamanya itu akan terjadi dan akan dialami oleh setiap makhluk.

Aku kini sadar, bahwa tak ada pelipur hati — pelipur lara paling dahsyat selain kalam-kalam cinta dariNya.

Allah, kuatkan aku dan orang-orang yang aku sayangi, ketika nanti telah tiba masa itu; ingatkan kami dan sadarkan kami harus kembali kemana dan kepada siapa kami mencari pelipur lara ini.

Teruntuk rekan-rekanku seandainya kalian membaca tulisan ini, aku tahu, tak ada perkataan dan perlakuan yang dapat mengobati rasa sedih, rasa penyesalan, rasa amarah yang begitu dalam akan perpisahan itu. Rasanya tak ada yang dapat menghibur secara utuh badai dalam hatimu. Namun, izinkan aku untuk menghadirkan bagaimana rasa sayangnya Allah terhadapmu yang telah Dia jelaskan dengan teramat jelas dalam Al-Quran. Semoga dengan mengetahui besarnya rahmah yang diberikan Allah untukmu, bisa membuat hatimu jauh lebih tenang dan ikhlas. Semoga Allah senantiasa menjaga kalian.

--

--

mipuside

Seorang perempuan yang senang memaknai setiap perjalanannya.