Biar Allah yang Jagakan

mipuside
3 min readJul 23, 2021

--

Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal (daging), yang kalau segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh (anggota) tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh (anggota) tubuhnya), ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati (manusia).

Aku yakin, ketika seorang anak manusia dilahirkan, maka ada dua hal yang turut bersamanya; peluang melakukan kebaikan dan celah berbuat keburukan. Dua hal tersebut akan senantiasa mengikuti hingga akhir hidupnya. Dan kita — sebagai anak manusia, juga tahu, kalau tak ada satupun manusia yang luput dari celah keburukan tersebut, kecuali Rasulullah.

Kita pasti pernah merasakan, ada kalanya gairah untuk melakukan hal-hal kebaikan meningkat drastis; seluruh amalan dari yang paling sederhana sampai besar sekalipun rasanya mudah kita lakukan. Tapi sayangnya, iblis tak membiarkan keadaan baik tersebut terus kita rasakan, bukan? Mereka seolah tak kalah semangat menghadirkan celah-celah berbuat keburukan pada kita; membuatnya terlihat indah dan begitu menggiurkan. Yang kemudian, membuat kita jatuh juga ke dalam perangkap siasat mereka, hingga menjalankan amalan yang dahulu dirasa mudah menjadi susah.

Fluktuasi iman, seorang kawan sewaktu di asrama dulu memberikan istilah itu padaku. Setiap ia merasa perlu ‘dicambuk’ untuk bisa kembali bangkit dari kemalasan, ia selalu gunakan istilah itu, “Mip, ayo bantu aku.. aku lagi ngalamin fluktuasi iman nih!”

Jujur, dulu hal itu terdengar biasa saja bagiku. Wajar toh, namanya manusia, iman bisa naik-turun. Jadi, gak perlu sepanik itu, kan nanti bisa naik lagi.

Tapi, tanpa aku sadari, pikiran seperti itu adalah awal dari turunnya kadar keimananku. Tanpa aku sadari, setan sudah membantuku membuka lebar celah keburukan untukku.

Fluktuasi iman, kian waktu kian terjadi berulang namun aku masih belum bisa mengendalikannya. Hingga sampai di titik aku benar-benar lelah mengalaminya dan benar-benar malu kepada Tuhanku seolah aku telah menganggap harga keimanan begitu kecil sampai aku bisa dengan santai membiarkan itu terjadi berulang. Akhirnya aku merasakan, bagaimana rasa panik yang dialami kawanku saat itu.

Ada golongan dari manusia, yang ia memiliki banyak sekali kesempatan berbuat kemaksiatan, namun ia tidak memilihnya. Itulah, yang disebut sebagai golongan yang selamat.

Kira-kira begitulah, kata-kata yang berhasil kukutip dari salah satu serial webseries Islami yang ku tonton di kanal Youtube.

Sejak darinya, aku semakin yakin bahwa setiap manusia diberikan pilihan, berbuat kebajikan atau keburukan. Dan aku menyadari, kalau aku tidak akan mampu melawan diriku sendiri sendirian. Aku butuh Allah sebagai yang melindungi dan menguatkan.

Suatu hari, aku mencoba menghubungi salah satu kakak tingkatku di kampus— seorang muslimah yang amat anggun dan terlihat berbeda jauh sekali jika dibandingkan denganku hehehe Aku menceritakan kekhawatiranku tentang fluktuasi iman yang terjadi. Ia mendengarkan dengan seksama, dan memberiku satu dua nasihat. Kemudian tak berselang lama, ia mengirimiku sebuah poster digital webinar.

“Itu mip, qodarullah aku lihat poster ini di timeline-ku. Kamu bisa ikut ini mip kalau kamu mau,” Sebuah webinar dengan tema, Tips Menghadapi Futur di Era Milenial Islam terpampang jelas di depanku. Anehnya, entah kenapa saat itu aku malah menangis dan seraya berkata dalam hati, “Rabbi, terima kasih..”

Ternyata Allah Maha Menepati Janji ya, siapa yang datang kepadaNya dengan berjalan akan Ia sambut dengan berlari. Maka, tak ada satu kecewapun yang akan timbul bagi siapa yang telah berserah kepadaNya. Dan satu hal lagi yang kudapati, bahwa kita tidak akan sanggup menghadapi diri kita sendiri. Oleh karena itu, minta tolong pada Allah biar Dia yang bantu jagakan diri kita

--

--

mipuside

Seorang perempuan yang senang memaknai setiap perjalanannya.